Alvionitha Putri Photos

Alvionitha Putri Photos
Official photo belongs to Primero Management

Kamis, 14 April 2016

Alvionitha Grand Putri News


KARIER ACTING: Alvionitha Grand Putri, perempuan Samarinda yang kini rutin menghiasi layar kaca. Tiga judul film Tanah Air juga dibintanginya. (FOTO: PRIMERO MANAGEMENT)

Alvionitha Grand Putri for KALTIM POST - Maskulin.



Kemampuan akting membawa perempuan ini terbang dari Samarinda ke Jakarta. Alvionitha Grand Putri kini akrab menghiasi FTV dan sejumlah film layar lebar di Tanah Air.
MULAI akhir 2012, sudah puluhan judul FTV dibintangi. Namun, yang mencolok tentu perannya di layar lebar. Ia tampil di Hijrah Cinta (2014), film tentang kehidupan almarhum Ustaz Jefri Al Buchori alias Uje. Perempuan yang akrab disapa Vio itu juga beradu akting dengan Rio Dewanto dan Dhea Seto di Me & You vs The World (2014). Di Hijab (2015), ia berperan sebagai adik dari karakter yang diperankan Zaskia Adya Mecca.
Karier akting Vio bermula ketika duduk di bangku SMP. Kala itu, alumnus SMP 22 Samarinda tersebut membintangi program FTV di TVRI Kaltim. Masuk bangku sekolah menengah, ia mulai mengajar akting untuk anak-anak.  Selama itu, ia kerap menjadi model foto. Pernah pula menjajal finalis The Next Photo Model Se-Kaltim.
Kemampuannya bermain peran menarik perhatian sebuah manajemen artis. Ia lalu mendapat undangan khusus casting di Jakarta. Namun, tahapan yang mesti dilalui tak sebentar. Masalah waktu membuatnya memutuskan kembali ke Samarinda, menyelesaikan studi di SMK TI Airlangga Samarinda yang saat itu masih setengah jalan.
Niat menaklukkan Ibu Kota kembali menggebu setelah resmi menanggalkan seragam putih abu-abu. Ia kembali mengadu nasib ke Jakarta. Tapi, kali ini tanpa undangan. Vio berinisiatif dan memboyong sang mama untuk mendampingi.
Layaknya perantauan, Vio berkelana mencari casting. Hasil tak mengkhianati proses. Ia mendapat peran pertamanya untuk sebuah iklan obat pencahar. Kesempatan berharga itu memungkinkan Vio akting satu frame dengan aktris senior Nani Widjaja.
Setelahnya, sejumlah casting kembali dijajal. Kerasnya kehidupan Ibu Kota ia rasakan di sini. Banyak godaan jalan pintas oleh oknum manajemen artis. Modusnya beragam. Mulai uang hingga permintaan nyeleneh. Untung iman Vio tak goyah. Prinsipnya kuat. Yakin bahwa hal instan cepat pula berakhir. “Mama juga selalu mengingatkan,” sebut perempuan kelahiran 5 Juli itu.
Pelan-pelan, ia mulai mendapat peran di film. Program Bioskop Indonesia Trans TV hingga sejumlah FTV di SCTV. “Casting itu capek banget. Apalagi waktu baru mulai,” kenang Vio ketika diwawancara Maskulin belum lama ini.
Selain lelah mengantre, ikut casting bisa nge-drop karena faktor minder. Harus diakui, persaingan dalam casting bukan perkara mudah. Apalagi Vio datang dari daerah. Peserta lain bertutur logat Jakarta, Vio masih khas gaya Kota Tepian.
Casting itu ada tingkatan. Kalau anak baru, dikumpulkan dengan anak baru pula. Yang mulai terkenal, casting dengan yang juga mulai terkenal,” terang Vio. Casting bisa memakan waktu seharian. Misal mulai pukul 12, ia mesti datang pukul 10 agar tak dapat giliran sore. Setelahnya, panggilan datang dua-tiga hari kemudian.
Selain casting, peran bisa didapatkan artis dari panggilan production house (PH) secara khusus. Sampai di tahap tersebut tak gampang. Artis mesti punya karakter kuat yang gampang diingat. Kecocokan dengan peran yang dibutuhkan juga jadi poin penting.
“Sekarang saya kebanyakan dapat peran antagonis. Mungkin karena dulu keseringan jadi yang baik-baik,” ujarnya kemudian terkekeh. Vio ditantang akting “marah” mulai 2016 ini. Salah satunya menjadi geng anak sekolahan. Karakter yang tak cukup familiar baginya. Selama ini, Vio akrab dengan tokoh protagonis yang sering menangis. 
Pura-pura menangis memang melelahkan. Tanpa bantuan obat, capeknya berlipat. Tapi, bagi Vio justru lebih mudah. Mungkin karena karakternya yang memang sensitif. “Yang saya bayangkan justru enggak bisa masalah pribadi. Jadi, baca skrip dan coba memasuki peran. Lebih mudah begitu malah,” urai perempuan 20 tahun itu.
Kini, Vio benar-benar mandiri di Jakarta. Ibunya kembali ke Samarinda. Tentu berat rasa ingin melepas. Apalagi pergaulan Jakarta dikenal bebas. Untungnya dukungan orangtua selalu mengiringi. Ia makin mantap dan optimistis dengan kariernya di dunia entertainment. (bby2/k15)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar